FOKUS: Lima Pelajaran Piala Dunia Antarklub
Barcelona menambah koleksi gelar setelah menumbangkan Santos di final Piala Dunia Antarklub. Berikut lima kesimpulan dari kompetisi yang sebelumnya bernama Piala Interkontinental.
Alih Bahasa oleh Dewi Agreniawati
BARCELONA TERLALU SUPERIOR |
Penampilan melawan Santos dan Al Sadd sudah cukup untuk membuktikan klub Catalan ini layak disebut sebagai yang terbaik di dunia sepanjang sejarah.
Berawal dari penguasaan bola (lebih dari 70 persen di setiap pertandingan) untuk kembali menciptakan gol-gol cantik, tak heran jika pelatih Pep Guardiola mengklaim timnya bermain bak artis. Istilahnya, Lionel Messi dan Xavi Hernandez membuat "lukisan" di sekitar bek lawan, sementara pemain lain di lapangan "mewarnainya: dengan krayon.
NEYMAR MASIH BUTUH WAKTU |
Neymar pun menerima banyak kritik usai pertandingan final tersebut, namun sebenarnya dia tidak layak dijadikan kambing hitam. Di tengah harapan besar terhadap Neymar, dia tidak mendapat dukungan yang dibutuhkan untuk bisa mengeluarkan penampilan terbaik melawan Azulgrana.
Neymar kerap dibandingkan dengan Lionel Messi dan Pele belakangan ini, tapi dia masih terlalu muda dan butuh waktu untuk terus berkembang secara fisik dan mental. Neymar menunjukkan penampilan gemilang melawan Reyston, dan seperti anggur dia pasti akan lebih baik seiring usianya berambah.
SANTOS KALAHKAN BARCA DI STADION |
Suporter Santos juga melengkapi atribut mereka dengan bendera, drum serta terompet khas yang ikut menemani mereka di dalam dan luar stadion. Bahkan, meski sudah kebobolan empat gol mereka tidak berhenti bernyanyi dan terus menyemangti Neymar dan kawan-kawan hingga peluit akhir.
Fans dari Brasil ini juga dikabarkan merogoh kocek hingga €6000 untuk membiayai perjalanan mereka ke Jepang.
MUNCUL KEKUATAN BARU ASIA |
Ketika dua kontestan dari dua benua tersebut memiliki kompetisi tangguh yang dilengkapi talenta terbaik di planet bumi, mungkin sebuah kejutan Asia menjadi benua terkuat ketiga dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini bisa jadi sebagai akibat hadirnya pelatih Eropa dan Amerika Selatan di kawasan ini.
Bisa dilihat dari penampilan Al Sadd menghadapi Barcelona saat Messi dan Andres Iniesta tidak diberi banyak ruang gerak di 25 menit pertama. Tim besutan Jorge Fossati mungkin tidak akan kebobolan, setidaknya hingga babak pertama, andai pemain belakang tidak melakukan blunder.
JEPANG BUTUH STRIKER KELAS DUNIA |
Penyelesaian akhir tim J-League ini sering bergantung kepada pemain Brasil Leandro Domingues. Hal ini bisa terlihat di pertandingan perebutan tempat ketiga saat Reysol tampil tanpa Domingues.
Situasi di Jepang memang berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, sayang mereka sering ditinggal striker-striker menjanjikan yang diambil tim-tim Eropa. Sebut saja Shinji Kagawa, Shinji Okazaki dan Takashi Usami yang hanya sebentar mencicipi kompetisi J-League sebelum akhirnya diincar tim Eropa. Jepang akan tetap kesulitan bersaing di kompetisi dunia, jika tidak mampu menelurkan striker sekelas Keisuke Honda secara reguler. Tapi, jika mereka mampu melakukan itu, bukan tidak mungkin akan bersaing hingga ke final.
0 komentar:
Posting Komentar